بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم

Assalamu'alaikum Warahmatullohi Wabarakatuh... Mohon Di isi Buku Tamunya ya kalau mampir, Terima kasih... ^_^

Rabu, 23 Februari 2011

Menjadi orangtua adalah mudah Tapi berperan sebagai orangtua adalah lebih sulit


dakwatuna.com  – Saat itu jarum jam menunjukkan pukul satu malam, yang berarti baru satu jam berlalu putri kecilku genap berusia 4 tahun. Ia tengah tertidur lelap, kerudung berwarna pink dengan motif bunga-bunga kecil masih melekat di kepalanya. Saya tatap wajahnya yang menentramkan itu, ada kilasan peristiwa berkelebat saat pandangan tertuju pada kerudung kesayangannya…

“Bunda, kenapa setiap bunda keluar rumah selalu menutup rambut dengan kerudung besar itu?”, putri kecilku bertanya dengan binar mata penuh rasa ingin tahu.

Sejenak saya terdiam, memikirkan kalimat apa yang pantas diucapkan agar dipahaminya. Lalu sambil berjongkok di hadapannya, saya coba menjawab…

“Karena Bunda ingin disayang dan dijaga Allah maka Bunda turuti apa yang diperintahkan Allah… Allah menyuruh perempuan yang sudah besar untuk menutupi rambut supaya tidak ada yang mengganggunya. Tapi, tak hanya rambut lhoo…, semua bagian tubuh kecuali wajah dan telapak tangan harus ditutup juga dengan pakaian yang seperti Bunda pakai ini”, urai saya.

“Ooo… gitu ya?”, gumamnya perlahan…matanya mengerjapkan gemintang rasa ingin tahu lebih jauh…

“Yang boleh lihat hanya ayah, kakak, aku dan adek ya?” ia lontarkan kembali sebuah tanya.

“Masih ada selain mereka yang boleh lihat, tapi lain kali aja ya Bunda kasih tahunya?” terlihat putriku mengangguk mengiyakan permintaan saya.

“Bunda, aku suka lihat Bunda pakai kerudung…karena Bunda jadi disayang Allah”, ungkap putriku sambil menghambur dalam pelukan.


“Aku juga mau pake ah! Aku juga ingin dijaga dan disayang Allah!” ujarnya sambil berlari menuju lemari miliknya. Ia mengambil sehelai kerudung lalu mengenakannya.

Kuacungkan kedua jempol tanganku tanda menyetujui dan memuji sikapnya. Putriku tersenyum senang kemudian berlari ke halaman rumah, bergabung kembali dengan kakaknya yang sedang asyik bermain di teras.

Tak disangka sejak itu ia selalu ingin mengenakan kerudung setiap kali keluar rumah. Seringkali kami membujuknya agar ia melepas kerudungnya itu setelah seharian bermain di luar. Tetapi ia selalu menolak. Kalaupun dilepas hanya saat akan mandi, setelah itu ia akan mengenakannya kembali.

“Aku ingin dijaga dan disayang Allah, seperti Allah menyayang Bunda!” ucapnya ketika suatu hari saya tanya kenapa ia tak mau melepas kerudungnya.

Subhanallah! jawaban polosnya membuat saya menyesal karena selama ini selalu membujuknya agar ia melepas kerudung saat ia berkeringat kelelahan dan kepanasan. Padahal ia tak pernah mengeluhkan keadaan dirinya bahkan kelihatannya tetap merasa nyaman.

Di lain waktu berbeda lagi motivasi memakai kerudungnya, ia mengatakan pada saya bahwa ia merasa malu ketika orang melihat rambutnya. Putri kecilku tak suka rambut indahnya menjadi perhatian dan merasa jengah mendengar komentar atau pujian orang.

Subhanallah! rasa hati semakin tak menentu…Maafkan bundamu ya nak?… Bunda tidak peka akan keinginan baikmu untuk meraih cinta Allah di usia beliamu…kuusap kepala putriku yang terlindung kerudung kesayangannya itu.

Kembali saya tatap wajah damainya… terbayang suatu waktu ia pernah merajuk dan menangis dengan kencang ketika bangun tidur mendapatkan matahari sudah menyemburatkan cahayanya. Di sela sedu-sedannya, ia mengatakan bahwa dirinya sedih karena saya dan suami tidak membangunkannya untuk shalat subuh berjamaah di masjid.

Subhanallah! Kami terperangah…sungguh tak disangka ternyata putri kecilku memiliki keinginan yang sangat mulia. Ia ingin shalat subuh bersama ayahnya di masjid. Kakaknya pun melayangkan protes yang sama pada kami, mengapa ia dan adiknya tidak dibangunkan saat adzan berkumandang? Tak ada yang dapat kami ucapkan saat itu selain permintaan maaf dan berjanji akan membangunkan mereka untuk subuh yang akan datang.

Harus saya akui, seringkali saya terjebak dalam rasa kasihan pada anak-anak, merasa mereka masih terlalu kecil untuk melakukan hal itu. Perasaan tak tega membangunkan mereka agar turut ayahnya menembus gelap dan dingin subuh menuju masjid, kerap memenuhi pikiran saya. Astaghfirullah!

Semestinya kami bersyukur ketika mendapatkan buah hati yang memiliki kecenderungan kuat untuk melaksanakan titahNya meski di usia dini mereka. Namun, entah kenapa selalu melintas dalam pikiran kami rasa kasihan, bahwa mereka masih terlalu kecil untuk melakukan semua kebaikan yang saat ini dengan senang hati mereka lakukan. Alangkah naifnya kami…

Padahal bukankah lebih baik jika dilakukan pembiasaan sejak usia dini bagi permata hati kita sejauh tidak dalam bentuk pemaksaan agar tumbuh kecintaan dalam pribadi mereka untuk mentaati perintah dan larangan Allah?

Benarlah sebuah pepatah Jerman mengatakan „Eltern werden ist einfach, Eltern zu sein ist schwierig“ (menjadi orangtua adalah mudah tapi berperan sebagai orangtua adalah lebih sulit). Saya merasakan diri ini masih sangat jauh untuk dapat bersikap bijak dalam menyikapi tingkah anak baik sikap yang positif maupun negatif . Di samping itu saya pun masih perlu belajar banyak untuk bisa konsisten dengan apa yang kami inginkan dari diri anak-anak untuk menjadi pribadi shalih, tentunya dengan mendukung segala kebaikan yang dilakukan mereka, bukan sebaliknya.

Astagfirullahaladzhim!… saat menatap wajah-wajah tanpa dosa itu, bongkahan rasa bersalah menyesak di ulu hati.

Saya jadi teringat dengan seorang ibu di Berlin.Belum lama berselang suaminya yang berkebangsaan Jerman, wafat. Meninggalkan ia beserta dua putrinya yang masih di bawah umur. Ibu tersebut bercerita pada saya melalui e-mail tentang azzamnya untuk terus berupaya mengenalkan Islam kepada kedua buah hatinya. Semangat yang tersirat dalam tulisannya itu saya rasakan tak berubah sejak saya mengenalnya pertama kali di sebuah masjid tempat berkumpulnya muslimin- muslimat Indonesia. Saya melihat sendiri betapa ia berusaha sekuat daya membiasakan buah hatinya untuk berinteraksi dan belajar banyak hal tentang Islam dalam masjid tersebut. Meskipun jarak rumahnya dengan masjid cukup jauh dan sering terkendala dengan kondisi cuaca, semangat itu tak pernah pudar dari dirinya. Ia berharap pembiasaan sejak dini pada buah hatinya dapat menjadi benteng iman mereka ketika menghadapi budaya di negeri tempat mereka bermukim.

Ada pula ibu lainnya yang membuat saya kagum. Sama halnya dengan ibu yang pertama tadi, ia pun menikah dengan pria Jerman dan dikaruniai tiga orang putra yang kini beranjak remaja. Saya sering bertemu dengan ketiga putranya itu di hari ahad saat mereka akan belajar untuk menambah wawasan keislamannya di masjid Indonesia tersebut. Di masjid bernama Al-Falah itu, memang diadakan program kajian khusus untuk para remaja Indonesia- Jerman yang dipandu mualaf Jerman bernama Daniel serta beberapa guru lainnya. Mereka pun selalu hadir saat shalat tarawih di bulan Ramadhan. Melihat sosok mereka, saya jadi teringat akan cerita sang ibu bagaimana ia berjuang mendidik dan mengkondisikan agar ajaran agama terpatri dalam kepribadian mereka…Ya, ibunya mengkondisikan ruhani anaknya agar selalu tertaut pada <span>Islam</span> sejak mereka masih kecil. Subhanallah!

Masih banyak deretan ibu lainnya melintas dalam benak saya dengan segala upaya keras mereka sebagaimana kedua ibu tersebut. Lantas kenapa saya masih terpaku pada sebuah alasan bahwa mereka masih terlalu kecil untuk dikenalkan pada kewajiban terhadap agamanya yang kelak mesti mereka jalankan? Saya harus menepis pikiran itu dan mulai menyalakan semangat untuk mendidik dan mengenalkan keindahan ajaran Islam di usia belia mereka agar kelak menjadi pribadi-pribadi berakhlaq mulia dalam naungan cahaya Islam.

Saat menatap kembali wajah-wajah suci belum tersentuh dosa itu…saya berharap dalam hati, semoga belum terlambat untuk segera memperbaiki kekeliruan diri.

Di hari kelahiran putriku… bersimpuh diri ini padaMu Ya Allah, ampunilah kelalaian kami.. bimbinglah selalu kami untuk bisa mendidik amanah sekaligus karunia dariMu ini hingga dapat menghantarkan mereka menjadi pribadi-pribadi shalih yang mencintaiMu dan Engkau cintai, amiin.

Inilah salah satu hal mengapa saya suka menatap wajah mereka dalam lelap tidurnya… ada selaksa asa, ada sebersit azzam dan ada segumpal kesadaran untuk melakukan koreksi diri.


(Risalah hati, 19 November 2010)



Sumber : http://www.facebook.com/notes/bangga-memakai-jilbab-dan-melihat-wanita-berjilbab/segumpal-kesadaran/189947471015799

Read more : http://www.wakrizki.net/2011/02/membuat-komentar-facebook-sederhana.html#ixzz1edscyuUm

Ibuku Selalu Memberiku



“Dan Kami telah perintahkan kepada manusia (berbuat baik ) kepada kedua orang ibu bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun, bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang ibu bapakmu, dankepadakulah kembalimu.” (Luqman: 14)

Ibu adalah satu kata yang paling berkesan dalam hidup manusia. “Mama”, “Bunda”, “Enyak”, “Emak”, “Ummi” atau apa pun sebutannya, maksudnya tetap merujuk kepada seorang wanita yang melahirkan Kita puluhan tahun yang lalu. Adalah fitrah jika seorang manusia menghormati dan menghormati orang yang berjasa pada dirinya, apalagi mencintai dan menyayangi ibunya karena ibu telah begitu banyak berkorban, memberi dan memberi kepada anak-anaknya… Karena itu, tulisan ini didedikasikan agar setiap pembaca menghayati pengorbanan ibunya dan dapat bersyukur kepada Allah dan kemudian kepada ibu bapaknya. Karena setiap manusia di muka Bumi pasti terlahir dari seorang ibu. Setiap kita pasti pernah mengalami kehidupan dalam sebuah alam yang terhormat dalam perut seorang perempuan selama lebih kurang 9 bulan 10 hari. Alam kandungan merupakan tempat persinggahan yang kokoh sebelum lahir ke muka Bumi… Dia bernama “rahim”, nama yang sama dengan salah satu nama Allah yaitu “Ar-Rahim” (Yang Maha Penyayang).

Kenanglah Pemberian Ibu

Ibu teramat sangat besar jasanya bagi hidup seseorang. Tidak dapat dibandingkan dengan manusia mana pun. Sungguh keliru jika orang menganggap ada orang lain yang lebih berjasa bagi dirinya selain Ibunya sendiri. Sebelum orang lain melihat Anda lahir sebagai penduduk Dunia, ibulah yang pertama kali merasakan keberadaan Anda dalam tubuhnya. Dialah yang mensuplai Anda makanan, merawat dan memelihara Anda selama dalam kandungan… Saat itu, dalam tubuh ibumu terdapat dua jiwa yang salahsatunya harus dipersiapkan untuk menjadi seorang manusia… Dalam alam rahim inilah seluruh perasaan cinta dan kasih ibu dicurahkan terhadap anaknya, dengan perkenan dan idzin Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang…

Mengandung seorang bayi bukanlah menggendong barang yang bisa istirahat di saat yang diinginkan. Sang jabang bayi melekat dengan tubuhnya dan menjadi parasit yang menggerogoti kekuatan Sang Ibu. Dari waktu ke waktu bertambah berat dan menyulitkan.. Sungguh jarang ibu mengeluh, meskipun ada sedikit keluhannya namun dia tetap dalam keadaan bangga dan penerimaan yang tulus terhadap keberadaan Anda di dalam tubuhnya… Untuk mengapresiasi para ibu, peristiwa ini digambarkan Allah di dalam Al qur-an,

Dan Kami telah perintahkan kepada manusia (berbuat baik ) kepada kedua orang ibu bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun, bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang ibu bapakmu, dankepadakulah kembalimu. (Luqman: 14)


Anda tidak akan dapat membayangkan betapa sakitnya ketika seorang ibu ketika melahirkan seorang bayi.. Apalagi membayangkan ibu Anda sendiri sewaktu melahirkan Anda puluhan tahun yang lalu… Dia bergulat dengan maut, dia mempertaruhkan selembar nyawanya untuk kehadiran Anda sebagai penduduk Dunia… Tidak jarang Ibunda mengalah, dia harus wafat meninggalkan anaknya yang lahir sebagai bayi.. Kebahagiaan seorang ibu terjadi ketika anak tersebut lahir dengan selamat…, mendengar tangis bayinya untuk pertama kali. Mungkin dia bukan orang pertama yang melihat wujudnya dengan kedua biji mata, namun dapat dipastikan dialah yang paling bahagia saat itu… Dengan wajah penuh peluh, perasaan harap dan cemas dalam keadaan tubuh yang teramat letih dan lelah seolah-olah dia bertanya, “Bagaimana dia suster..?”… Itulah luapan cinta yang tak terhingga..

Tidak sampai disitu saja, Ibunda telah menyediakan seluruh perhatian dan kasih sayangnya kepada bayi yang baru lahir tersebut. dia menggendongnya, menyusukannya, merawat dan memeliharanya, memberi makanan dan membersihkannya… Di malam hari ibu harus bangun karena anaknya bangun dan minta disusui… Tidak ada waktu tersisa selain untuk merawat dan menjaga sang bayi… Menyusukan ini adalah berbagi makanan dengan anak yang disusukannya.. Menurut Ilmu Kedokteran susu ibu tidak tergantikan nilai kandungan gizinya dengan susu mana pun di muka bumi. ASI (Air susu ibu) yang diberikan secara cukup kepada seorang anak akan menentukan kesehatan dan ketahanan fisik anak tersebut di masa yang akan datang.

Bagaimana dengan ayah (bapak)? Pada saat anak dalam kandungan; sudah bagus jika ayah mau memberi kasih sayang kepada isteri yang mengandung anaknya.. Pada saat persalinan, sang Ayah biasanya hanya diam saja menunggu di luar tempat persalinan dengan harapan agar kerja keras isterinya berhasil. Alangkah bagusnya jika dia hadir di samping pembaringan isterinya, memberi semangat dan dorongan kepada calon ibu tersebut… Realitanya, kebanyakan kaum Bapak merasa tidak kuat menyaksikan persalinan atau karena alasan lain sehingga tidak di tempat… Pada waktu Anda bayi ayah sedikit menggendong anaknya dibandingkan ibu.. Apalagi untuk membersihkan kotoran atau kencing sang bayi…

Bukan untuk membanding-bandingkan, Nabi Muhammad Shollallahu Alaihi wa Sallam ketika ditanya tentang “Siapakah orang yang paling pantas untuk mendapatkan pelayanan terbaikku” menjawab dengan “Ibumu!!!”. Pertanyaan ini diulang sampai tiga kali dan masih dijawab dengan “ibumu”. Setelah keempat kali barulah Rasulullah Shollallahu Alaihi Wa Sallam bersabda, “Kemudian ayahmu”. Ini menggambarkan kedudukan ibu yang begitu tinggi. Hadits yang membicarakan keutamaan ayah dan ibu cukup banyak. Seperti, “Ridhollah fi ridhol walidain wa sukhtullah fi shukhtil walidain” (Ridho Allah terletak pada ridho kedua orangtua kemurkaan Allah terletak pada kamarahan kedua orangtua)

Ayah adalah orang bertanggung jawab kepada keluarga, perannya juga sangat penting dalam hidup Kita. Kerjasama yang baik kedua orangtua dalam melahirkan memelihara, dan mendidik anak ; itulah yang membuat Kita hadir di muka bumi sampai saat ini . Allah Subhanahu wa Ta’ala menekankan peranan ayah ibu dalam berbagai ayatnya. Kemudian mewajibkan kaum muslimin untuk senantiasa berbuat baik kepada keduanya (birrul walidain).

Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.” (Al Isra: 22)

Mampukah Kita Membalas?

Lantas dengan apakah Kita membalas semua kebaikan orangtua? Dapatkah Kita memberikan kasih sayang yang serupa kepada keduanya sebagaimana mereka menyayangi Kita diwaktu Kita kecil? Hanya orang-orang berpekerti luhur dan mulia akan bersikap baik kepada kedua orang tua. Mereka tahu kedudukan serta kemuliaan ayah bundanya… dia dapat merasakan tatkala mencium tangan ibu atau bapak-nya seolah-olah dia bersujud dengan Ruh dan perasaan-nya laksana bersujud kepada Allah, dia mendapatkan jati diri yang sebenarnya sebagai suatu rahasia dalam kehidupan. Semua itu menjadi bukti penghargaan dan penghormatan kepada kedua oang tua. Dalam ajaran Islam, saking pentingnya berbuat baik kepada kedua orangtua seorang anak wajib mencintai, menghormati dan memelihara kedua orangtuanya… walaupun keduanya musyrik atau berlainan agama. Keduanya berhak untuk diberi kebaikan dan pemeliharaan bukan mentaati dan mengikuti kemusyrikan atau agamanya. Allah Azza wa jalla berfirman,

Dan Kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang ibu- bapaknya.Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti Dan Kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang ibu- bapaknya.
Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya. Hanya kepada-Ku-lah kembalimu, lalu Aku kabarkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. (Al Ankabuut Ayat 8 )


Al-Bazzar meriwayatkan hadits dari Buraidah dari bapaknya bahwa ada seorang lelaki yang sedang thawaf sambil menggendong ibunya, lalu dia bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam: ” Apakah dengan ini saya sudah menunaikan haknya?” Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab: “Belum! Walaupun secuil”. Di zaman sekarang sering Kita temukan anak-anak yang memperlakukan Ibu atau ayahnya bagaikan pembantu atau pelayan. Kata-kata dan nasihat orangtuanya tidak didengar dan dipelajari secara seksama. Sering membentak dan menyakiti hati salah satu atau keduanya…

Bagaimanakah cara sebaiknya agar seseorang berbakti kepada orangtua ?? “Kasih ibu sepanjang hayat kasih anak sepanjang jalan”, itulah ungkapan yang sering muncul dalam mengungkapkan hubungan seseorang dengan ibunya. Sekarang ini, pernahkah Anda renungkan bagaimana sebenarnya sikap Anda terhadap ibu Anda. Coba renungkan sejenak apa saja jasa yang Anda berikan kepadanya…

Mungkin di antara Anda ada yang mengatakan, “Aku memberinya tempat tinggal”, “Aku membiayainya sewaktu dirawat di rumah sakit”.. Sebenarnya bukan itu yang diharapkan orangtua dari Anda… Yang diinginkannya adalah “kasih sayang”. Setidaknya ada lima kriteria yang menunjukkan bentuk bakti seorang anak kepada kedua orang tuanya:

Pertama, Jangan ada penilaian yang tidak mengenakkan keduanya dikarenakan terlihat atau tercium dari kedua orang tua kita sesuatu yang tidak enak. Akan tetapi memilih untuk tetap bersabar dan beharap pahala kepada Allah dengan hal tersebut.

Kedua, jangan menyusahkan kedua orang tua dengan ucapan yang menyakitkan.

Ketiga, berbicara dengan suara dan kata-kata yang lemah lembut kepada keduanya diiringi dengan sikap sopan santun yang menunjukkan penghormatan kepada keduanya.

Keempat, berdoa memohon kepada Allah agar Allah menyayangi keduanya sebagai balasan kasih sayang keduanya terhadap kita, “robigh firlii wa li-waa lidayya war ham humaa kamaa robbayaanii soghiroo” (ya Allah ampunilah dosaku dan dosa kedua orangtuaku.Sayangilah mereka sebagaimana mereka menyayangi aku sewaktu kecil)
Amin..............

Kelima, selalu bersikap tawadhu’ dan merendahkan diri kepada keduanya,

dengan menaati keduanya selama tidak memerintahkan kemaksiatan kepada Allah serta sangat berkeinginan untuk memberikan apa yang diminta oleh keduanya sebagai wujud kasih sayang seorang anak kepada orang tuanya. Agar menjadi anak berbakti perhatikan syarat-syarat berikut,

• Lebih mengutamakan ridha dan kesenangan kedua orang tua daripada ridha diri sendiri, isteri, anak, dan seluruh manusia.

• Selalu menaati orang tua dalam semua apa yang mereka perintahkan dan mereka larang baik sesuai dengan keinginan anak ataupun tidak sesuai dengan keinginan anak.

• Berupaya memberikan untuk kedua orang tua kita segala sesuatu yang kita ketahui bahwa hal tersebut disukai oleh keduanya sebelum keduanya meminta hal itu.


Sumber : http://www.dakwatuna.com/2010/ibuku-selalu-memberiku/




Follow Me on Twitter
Read more : http://www.wakrizki.net/2011/02/membuat-komentar-facebook-sederhana.html#ixzz1edscyuUm

Main Hamster Yu..

(Klik Untuk Memberi Makan Hamster)



Sambil Dengerin Musik juga yu :


Ust Jefri :
Opick :
Ungu :
Dadali :
Wali :

Di Share and Like yuk :

Suka?
Tolong kasih tahu ke temen-temen kamu ya,
Gampang kok tinggal klik tombol SHARE atau LIKE dibawah ini kemudian login ke facebook atau twitter kamu deh.
Thanks. Mudah-mudahan bermanfaat.
Salam hangat. Nasrul Pradana, ^_^
===========================================================