Guncangan jiwa dan tekanan mental adalah di antara penyakit yang mengancam manusia di zaman sekarang ini. Para psikolog dan ilmuwan berupaya menemukan berbagai jalan guna menekan depresi manusia dan menghasilkan ketenangan diri. Psikolog William Maulton Marston di majalah Readers Digest menulis, "Banyak orang yang dibebani berbagai masalah tidak dapat berkonsentrasi dalam mengambil keputusan yang ditanggungnya. Untuk itu, kehilangan konsentrasi membuat mereka terjebak dalam kesalahan dan kebingungan. Padahal kekuatan akal manusia dapat menghadapi kendala yang ada saat berkonsentrasi."
Shalat adalah kunci rahmat ilahi yang mempunyai banyak manfaat spritual. Salah satu manfaat shalat adalah menerangkan hati manusia dan menciptakan konsentrasi. Manfaat itu dapat dirasakan setiap orang yang melakukan shalat saat menjaga kondisi lahir dan batin. Jika manusia dalam shalat mengosongkan diri dari kesibukan harian dan menemukan kekhusyukan, maka kekuatan inilah yang dapat mengokohkan kekuatan-kekuatan berpikir untuk konsentrasi dalam berbagai urusan kehidupan. Apalagi orang yang melakukan sholat berusaha melatih dirinya dalam setiap shalatnya.
Dalam penjelasan sebelumnya, berbagai ayat yang menyinggung tradisi lama shalat, menyebut shalat sebagai sebuah perbuatan kontinyu yang mendidik dan ibadah konstruktif yang muncul bersamaan dengan diturunkannya agama-agama langit. Seluruh nabi mempunyai tugas menyampaikan shalat ke keturunan dan ummatnya. Tentunya, shalat memiliki bentuk beragam pada setiap kaum.
Perintah shalat ada sejak Nabi Adam As
Dalam sejarah disebutkan,